Monday, July 24, 2017

Pulang, menepikan segala resah dan lelah


Usai membersihkan kamar dan mengecat ulang kamar, aku beristirahat dan mengecek pesan-pesan masuk Hanya membaca, tidak berniat untuk membalas karena masih sangat lelah, terkecuali salah satu pesan dari seorang teman.

Des, mbakku akhirnya pulang:')

Begitu lihat pesan singkat itu aja aku ikut senang, beberapa minggu terakhir kakak temanku sedang opname karena sakit ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura) atau trombosit rendah. Kenapa bisa senang banget? karena aku pernah ada diposisi dia, mbak ku juga mempunyai penyakit tersebut, sudah banyak biaya, tenaga, dan emosi yang terbuang karena hal tersebut. Tapi alhamdulillah, mbak InsyaAllah sudah sembuh dan sekarang sudah mempunyai anak😄.

Fyi, Dokter menyatakan bahwa penderita ITP kemungkinan kecil untuk mempunyai keturunan, dan ketika akan melahirkan pun Dokter mengatakan bahwa keluarga harus rela memilih salah satu antara Ibu atau anak. Namun atas kehendak Allah, mbak dan anaknya alhamdulillah sehat hingga saat ini. Hal ini membuat rasa percaya ku kepada Tuhan bertambah. Aku pun membalas pesan tersebut dengan rasa haru dan ucapan syukur, tapi balasan pesan dari teman ku sontak membuat ku menangis...

Alhamdulillah, udah nggak sakit2 lagi des:')
Udah tenang disisi Allah SWT

Nggak ngerti harus balas apa, bahkan untuk mengetik 'Inalillahi wa inailaihi rojiun' yang mana di agamaku harus diucapkan ketika ada yang mendapat musibah, nggak langsung ku lakukan. Aku mengingat hal-hal yang sebelumnya ku ucapkan ke temanku, berupa motivasi dan cerita-ceritaku tentang bagaimana mbakku pada akhirnya bisa sembuh. Aku membaca ulang pesan-pesanku, memberi semangat dan memberi tahu ibadah apa saja yang gencar Aku, Ibu, dan Mbak lakukan saat itu, bagaimana kami berusaha melewati hal itu bersama. Aku yang mencoba memberi temanku motivasi, dan selalu senang ketika dia memberitahu bahwa telah mencoba saran dan hal-hal yang sebelumnya aku lakukan.

Saat itu juga, Aku kecewa dengan hal yang terjadi, kecewa mengapa kesembuhan juga tidak didapatkan oleh kakak temanku. Padahal, mereka juga melakukan hal-hal apa yang aku dan keluargaku laksanakan, ibadah dan sedekah. Kecewa, mengapa aku tidak dapat melakukan suatu hal yang dapat menyembukan kakak temanku. Dan disinilah kesalahanku, aku lupa bahwa rencana Allah lebih baik dari apa yang ku minta.

Temanku yang menyadarkanku akan hal itu, dia mengirim pesan bahwa mungkin ini yang terbaik dari Allah, terlepas dari perasaan sedih dan berat hati, mungkin lebih baik daripada kakaknya harus menderita sakit terlalu lama.

Yang membuatku kagum adalah, dia sedang berduka namun tetap dapat bersikap bijaksana. Aku tetap membalas pesan dari dia dengan tetap menyemangati dan mendoakan kakaknya ketika ibadah, karena hanya hal tersebut yang ku rasa dapat dilakukan.

Hingga ketika dia mengirim foto sedang berada dimakam kakaknya, dan lagi hal ini buat aku menangis, karena teringat almarhum bapak yang sudah 7 tahun lebih berpulang, dan semakin kesini aku udah jarang buat doain beliau😌.

Tapi, yang paling aku ingat jelas adalah kita semua tentu akan benar-benar pulang, entah kapan waktunya, tapi yang terpenting adalah apa saja hal positif yang dapat kita lakukan dan apa saja kewajiban yang telah kita selesaikan sebelum pulang.

Apakah telah melakukan kewajiban ibadah? Apakah telah bermanfaat untuk sekitar? Ask your self😉

No comments:

Post a Comment